Menikmati padatnya jalanan ibukota (hari kedelepan belas #30DWC)
Setiap apa
yang kita temui, pasti allah ingin kita belajar tentang sesuatu.
Seperti
halnya bagi mereka yang harus berkendara motor tiap hari dikota jakarta, apa yang dia lihat
disepanjang jalan sampai tujuan semuanya adalah pembelajaran.
Belajar
bersyukur, ketika banyak sebagian orang diluar sana harus bekerja sangat keras
dengan tenaga dan pikirannya untuk menyambung hidup, bangun pagi-pagi harus
menyiapkan barang dagangannya, pergi pagi-pagi untuk menjemput rezeki, merelakan
meninggalkan anak-anaknya yang harus pergi ke sekolah sehingga mereka harus
mandiri menyiapkan semua perbekalan.
Karena dari
itu, kita harus bersyukur, tak pernah kurang-kurangnya dapat perhatian
terutama seorang ibu ketika berangkat dan pulang sekolah selalu mendapingi dan
selalu ada untuk anak-anaknya. Bersyukur terlahir dari keluarga yang berkecukupan dari
segi financial dan kasih saying, sehingga bangku-bangku sekolahpun bisa dinikmati.
Miris ketika
harus melihat anak-anak usia anak-anak atau bahkan balita harus ikut bekerja di
jalanan, ngamen dari satu tempat ke tempat yang lain, main-main dibantaran
kali, berkeliaran di jalan umum padat kendaraan, ngrokok. Sangat kontras sekali
dengan kehidupan anak rumahan, Jadi ingat apa kata orang tua pada umumnya, “jangan
maen-maen sampe jalan raya lho, jangan maen di kali, jangan makan sembarangan,
jaga diri ya, sudah makan apa belum, sudah mandi belum, ” Ah, terlalu bertolak belakang
dengan mereka. Terkadang saya melihat dari raut wajah-wajah mereka, sepertinya
mereka happy-happy aja, bercanda satu dengan yang lainnya. Hidup mereka bebas, tak
ada kasurpun jalanan pun jadi tempat tidur. Jadi ingat apa kata rosulullah:
“Demi Allah, bukan kefakiran (kemiskinan) yang
aku khawatirkan atas kamu tetapi yang kukhawatirkan atas kamu ialah apabila
dunia ini dibentangkan (dilapangkan) untuk kamu sebagaimana dilapangkan untuk
orang-orang sebelum kamu, lantas kamu berlomba-lomba memperebutkannya, lantas
kamu binasa karenanya sebagaimana mereka binasa karenanya.” (HR. al-Bukhari
dan Muslim).
Positif thinking selalu dengan ketentuan Allah, apa
yang ada dihadapan kita saat ini adalah yang terbaik. Belajar untuk peduli dan
belajar untuk memberi.
Dijalanan
pula, mata kuliah Sabar juga ada disini. 1 sks, bukan lagi di dalam kelas yang
nyaman dengan ac, dan lcd. Tapi, di laboratorium kehidupan.
Semua tipe kesabran ada disini: sabar dalam ketaatan kepada allah, sabar dalam menjauhi maksiat, dan sabar dalam menerima takdir.
Macetnya Jakarta, ditambah hawa panas, perut
lapar dan kurang tertibnya pengguna jalan terkadang menyulutkan rasa emosi tiba
tiba. Dipepet sana pepet sini, belum kalo dimarah-marahi kalo nginjak kaki
orang, nyrempet spion orang, terlalu nge-rem mendadak, jadi nabrak motor dari belakang, belum kalo salah jalur, puter arah balik
yang jaraknya jauh.
macetnya jakarta tak bisa diprediksi, pulang dari kantor, azan magrib udah berkumandang masih diperjalanan. ada aja yang ngebisiki "tanggung, udah deket kog" "nanti aja dirumah masih keburu kog".
Sabar pula, dengan kehidupan kehidupan mewah kota jakarta. Disini apa aja ada, dari acara mendekatkan maksiat sampe acara yang berbau akhirat. jadi keimanan harus selalu diupdate, mencari lingkungan yang baik sangat membantu menjaga akhlaq.
Jadi banyak-banyak
ishtigfar, dan keep calm aja. Banyak dzikir itu lebih ampuh. Dzikir pagi dan petang.
Semua hal bisa dijadikan pembelajaran berharga, tetap semangat kawan. jaga iman dan islam.
Komentar
Posting Komentar