Belajar untuk tidak berat sebelah (Hari ke empat belas #30DWC)
Adil = tidak berat sebelah |
Beberapa hari ini, saya pulang lebih dari jam lima, karena
beberapa alasan. berhubung jarak tempuh dari kantor ke rumah lebih dari satu jam karena maceet,
harus merelakan diri ketika azan magrib sudah berkumandang, mencari
masjid untuk sholat magrib.
Hari ini sholat, di masjid Ar rahman, daerah Cawang,, bukan rute
jalan pulang memang, karena saya tinggal dicurug, pondok kelapa arah ke kali
malang. Masih sama seperti kemarin saya barengi kak herlina yang tinggal di cawang, jadi rute perjalanan pulang agak panjang.
Setelah sholat magrib, rupanya ada kajian disana.
Aku dengarkan walau barang sejenak,,
Tentang Adil..
Adil adalah meletakkan segala sesuai tempatnya. Bukan berarti
adil adalah memberi atau membagi sesuatu itu sama, tapi sesuai dengan aturan.
Berbicara tentang Pemimpin yang adil, maka pemimpin harus
bertindak sesuai dengan aturan. Tahu mana yang menjadi prioritas, mana yang hak dan mana yang wajib.
Semua pemimpin akan bertanggung jawab dengan apa yang
dipimpinnya.
Presiden bertanggung jawab atas rakyatnya.
Bapak bertanggung jawab atas rumah tangganya.
Ibu bertanggung jawab atas pendidikan anak-anaknya.
Yang jomblo, bertanggung jawab atas dirinya sendiri. :D
Karena masing-masing dari kita adalah pemimpin.
Saat ini apakah peran kita?
Seorang anak sekaligus orang tua, juga seorang kakak, merangkap men jadi adik, juga pelajar,
mungkin juga pekerja, berperan pula sebagai teman danpastinya adalah hamba.
Semuanya harus kita kelola seprofesional mungkin, kita harus
menyadari peran kita itu banyak, Jadi belajarlah menjadi seorang anak, orang
tua, kakak, adik, pelajar, pekerja, teman dan hamba yang baik.
Adil menempatkan segala sesuatu sesuai tempatnya.
Lawan kata adil adalah dzolim.
“Ada jamaah umrah saya dari malaysia, mereka pasangan suami
istri. Sepulang umrah sang suami minta kepada saya buat menasehati istrinya.
Sang suami bekerja sebagai dosen di universitas kebangsaan malaysia, dan
istrinya menangani proyek desain interior . intinya keduanya sama-sama sibuk. Sang
suami mengeluh karena, sang istri tak pernah ke rumah, sang suami merasa
dirinya hanya menjadi layaknya supir, pagi mengantar ke tempat kerja, sorenya
menjemput sang istri, tidak untuk pulang ke rumah, tapi bertidur di apartemen
karena harus menyelesaikan pekerjaannya. ”
Yah, begitu kiranya cerita singkat dari pasangan suami istri
yang belum mampu menjalani perannya , atau bisa jadi belum tahu hak dan
kewajibannya dari masing-masing.
Apalah artinya
pekerjaan sang istri, jika sang suami tidak ridho dengan apa yang ia kerjakan.
So, persiapan membangun keluarga itu sangatlah penting. Yaitu persiapan rukhiyah, persiapan ilmu,
persiapan fisik, persiapan financial, dan persiapan sosial.
Lho jadi keluar
jalur.
Begitu kiranya pelajarn berhrga hari ini.
Alkhamdulillah, segala puji bagiMu ya Robb.
Komentar
Posting Komentar