Bimbing selalu aku ya rabb (hari ke sepuluh #30DWC)
Pernahkah dalam diri Anda merasa jenuh dan merasa Anda benar-benar
bearada dititik paling bawah?
Sehingga anda bertanya-tanya kenapa ada kehidupan, untuk apa
hidup, dan kapan saat kita kembali, dan ketika mengingat kematian ada rasa ketakutan yang sangat, hiingg ammebuat anda tak bisa tidur.
Saat itulah benar-benar saya butuh jawaban.
Dan pernahkah anda menemukan keajaiban lewat al qur’an?
Ketika saat pergolakan jiwa itulah, pikiran haus akan
jawaban.
Dan selepas sholat itu, asal buka halaman al qur’an
terjemahan dan baca ayat per ayatnya dari surat Adz dariyat. Sampailah pada
ayat ke 56. “Dan aku tidak ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembahKu(QS.51:56)”
Saat itulah saya meyakini, ya inilah jawaban.
Sungguh ketika saya belum tahu apa tujuan hidup saya
diciptakan sebelumnya, hidup mengalir bagaikan air. Semau-maunya, seandainya
melakukan kebaikan itupun karena orang tua. Saya terkadang lupa bahwa saya punya tuhan, yaitu Allah, tapi tak pernah memnuhi hak-haknya.
Seiring bergulirnya waktu, berbekal rasa ingin dekat dengan Allah
itulah yang membuat saya merasa Allah terus membimbing saya menemukan jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan itu. Lewat majelis-majelis ilmu seperti halaqoh,
kajian rutin pekanan, baca buku, teman-teman yang seiman. Semuanya menuntun
saya menjadi manusia yang lebih baik. Bukan berarti saya sudah baik. Tapi perubahan
itu hari demi hari saya rasakan perbedaanya. Sungguh memang benar apa kata ustads felix dalam
ceramahnya, bahwa Allah itu dekat dengan mereka yang berfikiir, mereka yang mau mencari, bukan mereka yang mengatakan “saya
menunggu hidayah itu datang.”
Dan kesemuanya meyakinkan saya, saat ini Allah sedang
menuntun saya dijalan yang benar, yang lurus. Tinggal bagaimana saya yang
menjaga kendali agar selama perjalanan itu tetap lurus dan tidak berbelok, dan
mencoba menemukan arah jalan kembali, ketika saya lengah menjaga iman.
Ada satu hal yang membuat saya mengerti akan sesuatu, Hak Dia sebagai
Tuhan. HakNya untuk selalu diingat hamba-hambaNya.
Saya dulu hanya meyakini, ibadah ya hanya waktu sholat aja,
di masjid aja.
Yang pada intinya saya belum mampu selalu menyertakanNya
dalam kehidupan sehari-hari, itu butuh kefokusan yang luar biasa.
Bagaimana tidak,jika kita pengen allah ridho lakukan segala
sesuatu karna Allah. Semata mata karena allah dan beribadah kepada Allah.
Kenapa kita makan?
Niatkan, Ya Allah
semoga dengan makanan ini aku bisa lebih kuat beribadah kepadaMu.
Kenapa kita bekerja?
Niatkan,Ya, Allah aku bekerja karnaMu, aku ingin lebih bisa
membantu banyak orang dengan usahaku.
Kenapa kita harus mandi, mencuci, menyapu, mengepel?
Niatkan, Ya Allah jadikan aku sebagai hamba yang patuh
dengan sunnah nabiMu, sebagai tanda keimananku. Dengan mengamalkan sabda nabiMu
“Kebersihan sebian dari iman.”
Saya jadi teringat dengan hadist ini
Ibnu Umar radhiyallaahu ‘anhuma berkata,
“Suatu hari aku duduk bersama Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datang seorang lelaki dari kalangan
Anshar, kemudian ia mengucapkan salam kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan
bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang mukmin yang paling utama?’
Rasulullah menjawab, ‘Yang paling baik akhlaqnya’. Kemudian ia bertanya lagi,
‘Siapakah orang mukmin yang paling pintar?’. Beliau menjawab, ‘Yang paling banyak mengingat mati, kemudian
yang paling baik dalam mempersiapkan kematian tersebut, itulah orang yang
paling cerdas.’ (HR. Ibnu Majah, Thabrani, dan Al Haitsamiy)
Ya, Orang cerdaslah yang selalu mempersiapkan bekal
kehidupan setelah kematian.
Komentar
Posting Komentar