Menjadi Mertua yang Baik hati

👨Eh, tu ngga salah judul?
Bukannya "menjadi menantu yang baik?"
👩 Bukan.
.
ngga terasa sudah 10 Bulan menikah, Status kependudukan juga sudah diubah. Rumah tinggal sekarang bukan lagi rumah dulu yang menjadi saksi bisu tumbuh berkembangnya diri, 23 tahun lamanya.

Tapi dalam 10 bulan ini, Saya belajar banyak dari keluarga baru.
Kepada Baliau, Bapak Ibu mertua tercinta.
Belajar bagaimana menjadi seorang pasangan hidup yang berjuang bersama, orang tua yang sabar, juga seorang Kakek dan Nenek dari cucu-cucunya.

Dalam keseharian yang hampir 24 jam Kita berada di satu atap yang sama, Saya cukup tau detail kesibukan mereka sehari-hari.

Mulai dari bangun pagi sampai mata terpejam mengusir lelah seharian.

Bapak seorang penjahit yang super sibuk bergelut dengan kain, gunting, dan serentetan alat menjahit lainnya dan 3 orang karyawannya, dan Ibu mempunyai toko baju yang sudah dirintintis beliau sejak ketiga anaknya masih kecil.

Kesuksesan atas kerja keras mereka tercermin dari keseharian mereka yang disiplin membagi waktu. Kalau dilihat sudah serba otomatis.

Bangun pagi sebelum subuh, dilanjutkan dengan berjamaah subuh di masjid.
Selesai berjamaah lalu kembali ke rumah, mereka akan melanjutkan beberes rumah.
Bapak menyapu, membuang sampah, mencuci baju(pakai mesin cuci), membersihkan kamar mandi di lantai satu, dan masih sepagi itu bapak sudah menyapa para calon baju dan celana di ruang kerjanya ditemani suara khas mesin jahit, dan radio kesayangan.
Ibu bertugas mencuci piring dan beberes urusan dapur, menyempatkan mendengar ceramah di stasiun televisi swasta setiap pagi, membuatkan Sarapan, juga membuka toko.

Kemudian mereka beberes diri, mandi, sholat dan bergegas kembali ke rutinitas tempat mereka mencari nafkah selama ini. Di rumah tercinta.

Diakhir malam, mereka akan menyeleseikan rutinitas mereka, dengan makan malam bersama di lantai dua. Bersamaku dan Mas Niam.

Saya tahu, usia pernikahan mereka diatas 30 an tahun, mengingat anak pertama(Mas Tyar) sudah di usia kepala tiga.
Tidak mudah pasti mempertahankan usia pernikahan yang selama ini.
Kesetian, kerjasama mengelola usaha dan keluarga adalah dua hal yang selalu Saya kagumi.

Saya belajar dari Bapak arti menjadi partner pasanhan hidup yang baik di segala urusan, untuk urusan rumah yang biasa dihandle seorang istripun bapak mau terjun langsung.
Tanpa mengeluh.
Disuatu kondisi tertentu, seperti ketika melihat sesuatu yang tidak beres, atau ada keganjalan di hati, bapak selalu memilih timing yang pas untuk berbicara atau menyeleseikan di forum dengan pilihan kata yang tidak menyinggung perasaan.
Beliau adalah kepala rumah tangga yang baik.
Belajar arti pengertian dan keikhlasan.

Dan ibu adalah seorang pekerja giat. Ibu pernah bercerita usahanya membuka toko Beliau mulai dari nol. Mulai dulu buka warung sembako, jual eskrim, sampai mulai nyetok baju sekolah sedikit demi sedikit.
Hingga sekarang, tokonya menjadi primadona orang-orang kalau mencari baju sekolah, baju untuk lebaran dan kebutuhan sandang sehari-hari.
Buah dari kerja keras ibu.

Dari urusan toko yang sering sibuk, ibuk juga tak bisa meninggalkan urusan keluarga, seperti memasak untuk sarapan, makan siang dan makan malam.
Saya tahu telahnya beliau, lelah sekali pasti.
Disisi lain, beliau memiliki jiwa tangguh, ngga mudah sakit hati walau sering disakiti.
Beliau pernah bilang "semua dibaikin aja, sabar. Nanti bakal beruntung". Kata-kata yang menghujam. Mengingat beliau tak hanya bertutur lewat kata, tapi juga realita sebagai bukti nyata akan kata.

Kepada cucu-cucu mereka, Mereka sangat sayang dan perhatian.
Ibuk dan bapak, akan dengan sabar menjaga keempat cucu-cucu nya. Terutama Zola cucu keempat saat ini, yang selalu berada dirumah.
Dua cucu laki-laki dari kakak ipar pertama.
Dua cucu perempuan dari kakak ipar kedua.
Dan aku, masih on going. Hehe.

Saya pun merasa nyaman tinggal disini.
Merasa dianggap anak sendiri, bahkan Saya mendapatkan lebih dari hanya sebuah perhatian.
Materipun demikian.

Semoga sehat selalu ya Bapak Ibu, doakan Kami yang berusaha menjemput rezeki berupa momongan yang selalu Bapak Ibu tunggu-tunggu.
Terima kasih sudah memperkenalkan dunia kebaikan lewat teladan.
Saya akan banyak belajar dari semua hal yang tersirat.
Hingga menjadi seorang menantu yang baik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mungkin kita jodoh (hari kedua belas #30DWC)

nasehat tentang kematian(hari kedua puluh satu #30DWC)

Berbagi kisah: Perjalanan Internship Pertamina 2015